SEMOGA ALLAH MENGUTUK SEMUA PEMIMPIN MUSLIM DI DUNIA
Video source: Al Jazeera+ |
"May God damn all the world's Muslim leaders!" - Semoga Allah mengutuk semua pemimpin-pemimpin Muslim di dunia!, sumpah serapah bapak paruh baya setelah pesawat tempur menggebuk wilayah Idlib di Suriah, sekurang-kurangnya 73 orang meninggal.
Entah perkataan lelaki tua itu untuk mengutuk para pemimpin yang sedang bertarung ranah kekuasaan, atau lebih ditunjukkan kepada para pemimpin muslim yang diam saja ketika kotanya digempur habis-habisan oleh rudal Rusia.
Jangan lupa, para pemimpin tersebut tidak hanya berdalil, tapi juga berdalih. Mengobarkan semangat jihad mengangkat senjata, seakan hanya itulah satu-satunya cara untuk menyelesaikan polemik umat Islam di dunia. Islam menjadi golongan, partikel-partikel beranggotakan "kami", bukan "kita".
Tapi pecah perang dan pembantaian habis-habisan juga tidak serta merta langsung terjadi. Setiap negara yang tengah saling tebas menebas, mempunyai sejarah yang berbeda, tapi polanya sama. Pemimpin menebar buih untuk memecah belah bangsa, anti kemajemukan, sangat intoleran, gemar mengumbar pidato-pidato yang syarat dengan kebencian. Kemudian hal-hal ini akan menjadi bagian yang sangat biasa didengar di publik. Publik membiarkan.
Terpikir paradoks pertama dalam pikiran saya, zuhud terhadap jabatan lebih berat daripada zuhud kepada harta. Dalam artian zuhud seharusnya menjadikan dunia berada ditangannya, sedangkan kecintaan kepada Allah ada di dalam hatinya. Berapa banyak muslim yang mengemban jabatan, kemudian terpatri dalam imannya men-zuhud-kan tanggung jawab dan mengabdi kepada rakyat?
Dalam sejarah kejayaan Taliban, kaum militan fanatik ini berhasil merebut kekuasaan Afghanistan berkat "jasa" kaum terbelajar yang memilih untuk diam dan acuh. Begitu Taliban menang, kelompok pertama yang dihabisi adalah kelas menengah terpelajar tersebut. Karena mereka dianggap sebagai musuh potensial. Ini menjadi paradoks kedua dalam pemikiran saya, apakah kita terlalu lama mengganggap "remeh" kaum radikal yang tumbuh di Indonesia?
Iman dan Islam nyatanya tak bisa digabungkan dengan keputusan politik. Bashar Al-Assad bergandengan tangan dengan Rusia, Arab Saudi - Israel menjadi superpower baru menghadang hegemoni Iran, dan Habib Rizieq merapatkan barisan ke Agus Harimurti Yudhoyono. Sungguh, keadilan dan kekuasaan memang persoalan yang rumit. Keadilan akan baru terasa adil ketika berlaku pada orang lain, bukan pada diri sendiri. Dan kekuasaan baru terasa kuasanya jika arah permainan berada pada kendali. Seakan lupa, bahwasanya Tuhan lebih berkuasa, dan kekuasaan duniawi akan selalu bergeser.
Berani sekali mereka, seakan-akan hidup bakal kekal takkan mati. Bagai hidup dihari ini, tak percaya akan hari akhir. Atau mereka mungkin lupa, bahwa setiap terjadi kerusuhan sosial penduduk miskin lah yang menjadi korban terbesar.
Entah mengapa, saya kemudian teringat puisi berjudul Sorga, karya Chairil Anwar:
Seperti Ibu + Nenekku juga
Tambah tujuh keturunan yang lalu
Aku minta pula supaya sampai di sorga
Yang kata Masyumi + Muhammadiyah bersungai susu
Dan bertabur bidari beribu.
Bersyukur Chairil Anwar tidak hidup pada jaman edan ini, kalau tidak, dia pasti sudah dituduh menista.
Much love, Karima Sindhunanti
Komentar
Posting Komentar