MY SON IS A FEMINIST

Mungkin ini topik yang sudah menjenuhkan untuk dibahas, mungkin juga beberapa diantara kalian tidak membuka blog saya kali ini karena topik yang dibahas terlalu overly-comsumption (habis pakai terlalu masih pakai overly, dasar pengguna dwibahasa alay). But still, even for once I still want to talk about feminism.

Feminism sudah tidak perlu dilakukan karena perempuan sudah setara dengan laki-laki, feminist sejati tidak memakai riasan wajah dan beha. Feminist tidak percaya pernikahan dan pasti ateis. Tidak, ini salah kaprah.

Feminism bukan sarana untuk membenci laki-laki dan seorang feminist tidak harus berjenis kelamin  perempuan. Feminism is not about hating men, men can be feminist too. Bagi saya pribadi, siapapun, tua, muda, laki-laki atau perempuan bisa menjadi feminist. Saya berkeyakinan feminism adalah soal respek, respek baik dari sosial, secara emosional atau bahkan sampai jauh pada bidang finansial.

Memang, sampai bagaimanapun laki-laki dan perempuan tidak bisa setara, karena fitrahnya memang berbeda. Baik secara mental ataupun fisik. Bagi feminist seperti saya, tidak membabi buta menuntut segala hal harus setara. Definisi universal saya soal feminism adalah equal opportunity, saya menuntut kesempatan yang sama.

Bagaimana seorang anak laki-laki dapat memilih bidang perkuliahan semau dia, atau sampai jenjang tinggi mana ia mau bersekolah. Diumur berapa seharusnya laki-laki dan perempuan menikah. saya sebagai perempuan, mau hak dan diberikan kesempatan yang sama untuk memilih. Atau dimana berada dibidang dan strata yang sama pada dunia kerja namun perempuan mendapat bayaran yang lebih rendah daripada laki-laki. 


Gusti Nurul, A well educated 'ningrat' woman. She said NO to the Almighty Soekarno karena dia menolak poligami.


Hari ini saya membaca sebuah tajuk berita tentang tes keperawanan yang diduga masih dilakukan di kalangan TNI dan kepolisian. Satu kalimat yang membuat saya mengumpat dari isi berita tersebut, "Mengetahui perawan atau tidak perawan kata mereka, akan mencegah istri gila seks jika ditinggal suami bertugas," kata salah seorang perempuan yang harus menjadi korban menghadapi tes keperawanan.

Perawan atau tidak, tidak dapat mengukur moralitas perempuan.



Bagiku agamaku, bagimu agamamu. Itu yang saya yakini, soal surga atau neraka, atau untuk perawan atau tidak, biar Allah SWT saja yang berhak menghakimi saya yang hina ini bakal masuk mana.

Berhenti menjadi misoginis dan menyalahkan segalai tidak kebodohan kalian terhadap perempuan. Jangan membuat kami perempuan, membayar semua dosa Hawa karena telah memakan buah khuldi.

Ketika membahas tentang feminism, saya mau tidak mau menghubungkannya dengan konsep imam. Terlebih di dunia islam, kita mungkin terlalu glorifying atau malah mungkin salah dengan konsep imam. Apa itu imam? Laki-laki menguasai perempuan? No, its not. Lagi-lagi salah kaprah. Imam means responbility, tanggung jawab. 

Saat sudah menjadi suami isteri, menjadi imam bukan berarti kalian menjadi penguasa. Mari backtrack sedikit saat ikrar nikah diucapkan. Kenapa proses ijab kabul diucapkan oleh bapak dan calon penganti pria?

Kalau mau dipikir lebih dalam, ijab kabul itu sebuah perjanjian antara bapak dengan calon pengantin pria. Sebuah deklarasi, bukan deklarasi cinta (Jangan ngayal sok romantis ya lo). Sebuah deklarasi perpindahan tanggung jawab kebahagiaan dari bapak kepada calon suami. Berjanji selalu memastikan kehidupan si perempuan akan selalu baik, bukan soal berkuasa. Jangan salah kaprah. Kebahagiaan perempuan tersebut adalah tanggung jawabmu. Ini bukan soal berkuasa, walaupun kesejahteraan perempuan tersebut merupakan tanggungjawabmu sebagai imam.

Her happines and her being well are more important. Tapi kepada para perempuan, ketika saya bilang kebahagiaan bukan berarti soal kekayaan. Kebahagiaan artinya suami memperlakukanmu secara setara dan hormat, kebahagiaan tidak harus melulu soal uang. Gak usah sok ide lo, kalau pingin apa-apa beli sendiri sana pake duit hasil kerja, gausah sok manja dikit-dikit minta duit suami.

Bagi orangtua (bapak dan ibu), menyekolahkan anak sampai pendidikan tertinggi tanpa membeda-bedakan baik untuk anak perempuan dan laki-laki adalah tanggungjawab. Begitu juga bagi suami, kebahagian isteri, anak-anak termasuk kebagiaan suami itu sendiri adalah tanggungjawabnya. Dan bagi saya, inilah konsep feminism.

Feminism tidak bisa hanya dipahami oleh perempuan. Feminism ditumbuhkan dengan cara mengedukasi laki-laki. Karena itu, ajari bapakmu, kakak atau adikmu. Bahkan saya mempunyai cita-cita menjadikan anak laki-laki saya seorang feminist kelak. Semua belum terlambat.

Menurut saya yang genting dari kesalahkaprahan ini, fiqih Islam masih sangat dikuasai oleh patriarki. Peer kita sebagai feminist, kita harus gencar memajukan fiqih yang ramah kepada perempuan.

Goals saya ketika nanti menjadi seorang ibu, bertemu dengan ibu-ibu yang lain ala-ala ivy league dalam acara amal kemudian berkata dengan bangga: "My son is a feminist". Anak laki-laki ku percaya dengan feminism.

Amal Alamuddin, gatau kenapa lagi ngefans banget sama dia. Pengacara tokcer, cantik banget, pinter parah, suaminya yang punya Hollywood. Ahh aku kesal.



Much love, from feminist muslimah.
Karima Sindhunanti

Komentar

  1. olaaa omayaaa :) seperti biasa, isi blog nya mewakili banget haha beneran ga bohong deh sumpah hahaha

    kenapa ya sejatinya sulit untuk perempuan berperan sebagai decision maker, dianggap keputusan atau keinginannya terlalu melibatkan perasaan. dikira perempuan ga punya pemikiran kali yaa, ga berhak ikut mengambil keputusan.

    atau kalo pimpinan tertinggi itu perempuan. kita sebagai perempuan pasti mikirnya wah keren banget, lalu jadi role model. tapi bagi laki-laki ga seperti itu, pasti bakalan minder dan banyak cibiran sana sini tentang perempuan sebagai pemimpin. ah sedih. karena diperlakukan seperti itulah makanya perempuan jadi manjah kurang greget ����

    BalasHapus
    Balasan
    1. I knowwwww, serba salah yaa.Selalu deh ya kena komen, sentimentil banget sis, atau marah marah mulu nih emosional. Susah ya mau jadi decision maker pun pasti ada aja celah buat diremehin.

      Kalo ga gitu, dapet kalimat begini, "Jangan pinter-pinter jadi cewek, nanti susah dapet suami." YHA OKE.

      Hapus
  2. Sebenarnya beberapa tahun silam kesetaraan dalam hal memilih keputusan sudah sama, hal yang sekarang merusak feminist itu menurutku adalah SDM nya sendiri. Bail individual ataupun kelompok, contohylnya masih banyak orangtua yang memaksakan kehendak, mengekang anaknya. Mungkin maksud orangtua bail tapi belum tenth itu terbaik bagi anaknya sendiri, karena tetap setiap manusia yang paling tahu hal apa yang terbaik until dirinya sendiri. Malahan hal ini bisa menimbulkan sifat pemberontak. Lebih bail anak di berikan kebebasan dalam hidupnya peran orangtua mengarahkannya supaya tidal melenceng Dari norma-norma. Dan juga dari SDM wanitanya, jaman sekarang entah karena hal APA banyak wanita-wanita yang hanya mencari lelaki karena hartanya, bukan berarti says meremehakan wanita, tidal semua wanita tapi ada beberapa yang melakukan hal itu dan merusak feminist tersebut. Tapi kamu salah satu wanita yang memang aku kagumi kepribadian mu dari sekian banyak wanita yang aku kenal. Semangat terus nawak

    BalasHapus
    Balasan
    1. INI KOMEN TUH MAU AKU PRINT SKALA SPANDUK TRUS AKU PAJANG DI KAMAR HUHUHU.
      Bener banget sih, masih ae ada oknum-oknum begitu. Yang pinginnya langsung enak aja, gausa susah-susah sekolah atau kerja yang penting dapet suami kaya. Bikin senewen yang koar-koar feminis aja. Kadang ya begini ironisnya, yang bikin feminisme kehambat itu ya dari perempuan sendirinya. artikel begini aja masih ae kok dikomenin "Jangan terbutakan sama aliran feminisme ukhti, feminisme itu cuman propaganda Amerika." ahelah.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer