ANXIETY, DEPRESSION AND MILLENNIALS




Sedang emosi dengan tajuk berita yang intinya kurang lebih, menggeneralisir manusia-manusia millennial yang lahir rentang tahun 1980an sampai tahun 2000. Yang intinya kaum millennial itu cenderung sudah kurang berminat dengan pernikahan dan anak, dan lebih memilih pendidikan dan pekerjaan tetap. Yah, terlepas stereotip ini ada benarnya atau tidak, coba bapak-ibu generasi X introspeksi diri siapa yang membuat ekonomi kini fuck up so badly? Sehingga kita para millennial sudah sebodo amat dengan pernikahan, keluarga dan anak, karena sudah pusing mikir bertahan hidup dijaman ini saja sudah susah?

Kemudian beberapa minggu lalu kaget dengan berita bunuh diri Chester bennington. He was such a happy family oriented man. Kata-kata seperti 'anxiety' dan 'depression' feels so real menghantui kita, dekat samar seperti bayang-bayang.

Pernah merasa tiba-tiba sedih tanpa sebab dan sangat demotivasi selama lebih dari 2 minggu, dan berpikir kalau kita ini tidak berharga dan tidak ada gunanya? Well, mungkin kamu mengalami gejala depresi ringan. Atau malas pergi keluar rumah/kamar, secara tidak sadar menjauh dan mengurangi interaksi dengan keluarga, fisik selalu capek, pusing, susah tidur, berat badan turun atau naik drastis? Ini juga bisa menjadi gejala depresi. 

Depresi dan anxiety itu rumit, penyebabnya sangat beragam. Bisa menyerang begitu saja tanpa pemantik. Banyak faktor penyebab, mungkin yang paling umum bisa terserang karena pengalaman hidup di lingkungan yang kasar dan abusive, atau merasa terisolasi dalam periode yang lama.  Di logikakan secara ilmiah, depresi bisa disebabkan karena tubuh kekurangan serotonin, zat kimia yang mentrigger tubuh untuk melakukan sesuatu yang / menjadi bahagia.

Sedihnya dilingkup sosial kita, kita tidak menceritakan hal ini pada orang terdekat ketika merasakan gejala-gejalanya. Kenapa? Karena yang akan kita dapatkan adalah "Yelah bro, baperan amat sih", atau yang paling sering "Percaya aja sama Allah SWT, mendekatkan diri dan perbanyak sholat". Yes boss siap, ai sudah sholat subuh 2 rakaat, apa mau disuruh ditambah 98 rakaat lagi biar genap dapat seratus?

Sebuah penghakiman dan kemasabodohan, menyuruh "rubah mindset menjadi yang positif-postifi saja", "pikirkan keluarga yang dirumah". Tidak, tidak seperti itu caranya. Perlakuan ofensif dan intimidatif seperti ini yang malah membawa seseorang menjadi lebih menyendiri. Bisa saja diluar tampak ceria dan bahagia,kemudian ketika dia menutup pintu, he/she will comeback absorbed into notingness. A silent lethal killer.

Sangat susah bagi saya untuk mencoba mencari korelasi antara depresi & anxiety dengan faktor besar-sedikit keimanan. Tanpa menghubungkan depresi dengan tingkat stress kehidupan saat ini, Jauh dijaman sebelum reses ekonomi separah sekarang, pada tahun 872 Ahmad Ibn Tulun yang memimpin dinasty Tulun (dahulu melingkupi wilayah Mesir dan Suriah) membangun Al-Bimāristān (rumah sakit) yang didalamnya terdapat bangsal dikhususkan untuk kesehatan mental. Di tahun 800an, peradaban muslim Timur Tengah sudah memulai pengembangan institusi psikiatrik sementara diwaktu yang sama di Eropa, depresi dan anxiety dianggap penyakit klenik yang berhubungan dengan setan.

Depresi dan anxiety bisa saja murni karena kondisi tubuh yang terkena chemical imbalance, dan masalah itu bukan pada orangnya, masalah itu terletak pada kesehatan tubuh. And it's okay. Berhenti untuk menghubung-hubungkan depresi dengan religiositas seseorang. Karena sangat mungkin menjadi orang yang religius tetapi mengidap depresi atau anxiety, menjadi keduanya dalam sekaligus.

Untuk kita, yang mungkin merasa depresi dan anxiety, berjanjilah untuk bercerita, mencoba berbicara, pada siapapun. Jangan menyimpan untukmu sendiri dan jangan malu, it's okay. Jika merasa sudah parah, there is specialist out there. Itu bukan salah kita, itu masalah tubuh kita, jangan pernah merasa malu dengan diri kita, sekali lagi, it's okay.

Dan untuk kita yang mungkin tidak menyadari selama ini telah menjadi orang yang acuh, mari mencoba mendengarkan dan tidak menghakimi. Mungkin kita tidak bisa membantu, tapi kita bisa mendengarkan. Jangan ada "halah gitu aja" atau "kamu kurang mendekatkan diri kepada Allah SWT". Mari menjadi teman yang baik dan lingkungan yang baik. Menjadi benteng pertahanan bagi orang-orang terdekat kita yang kita sayangi. Yang mungkin saja sedang dihantui silent killer ini. Siapa yang tahu.


Menulis dengan humming lagu Linkin Park berjudul Numb.
Much love, Karima Sindhunanti.

Komentar

  1. "Pernah merasa tiba-tiba sedih tanpa sebab dan sangat demotivasi selama lebih dari 2 minggu, dan berpikir kalau kita ini tidak berharga dan tidak ada gunanya? Well, mungkin kamu mengalami gejala depresi ringan. Atau malas pergi keluar rumah/kamar, secara tidak sadar menjauh dan mengurangi interaksi dengan keluarga, fisik selalu capek, pusing, susah tidur, berat badan turun atau naik drastis? Ini juga bisa menjadi gejala depresi."

    kok makjleb yaah tiba-tiba hahaha sudah masuk gejala depresi sepertinya. kata-kata baper itu terlalu mainstream sekarang mah, punya masalah dikit mau curhat ntar langsung dikatain baper. yaaa namanya manusia kemana-mana bawa perasaan keles yaa, emangnya robot :)
    lanjutkan menulis ma, jadi sampingan penghilang rasa lelah dan jenuh mbengkel hehehe ^^b
    dan jangan baper hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kata-kata baper jadi mainstream ya din, jadi kita kasih ke sembarang orang tanpa kita sortir ini orang cerita cuman caper aja atau memang membutuhkan untuk didengarkan wkwkw.

      Akupun pas belajar symptoms depresi kayak ketabok gitu, kayak I've been through this and that stage. Serem kayak sangat nyata.

      Penghilang rasa lelah dan moodboosterku ya dapet komen dari kamu yang begini btw ❤️❤️❤️

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer