WHEN FLOWERS EMPOWERING EACH OTHERS
Ketika bunga saling memberdayakan satu sama lain.
Beberapa bulan yang lalu saya sangat terganggu dengan akun-akun dakwah baik di media sosial maupun cetak yang membahas fenomena anak dari seorang ustad yang menikahi seorang mualaf diumurnya yang baru genap 17 tahun. Bukannya tidak setuju dengan menikah muda, melainkan lebih kepada konten dari dakwah tersebut yang terkesan menggiring opini kepada perempuan sehingga menjadi galau dan menyuruh buru-buru segera menikah.
Beberapa bulan yang lalu saya sangat terganggu dengan akun-akun dakwah baik di media sosial maupun cetak yang membahas fenomena anak dari seorang ustad yang menikahi seorang mualaf diumurnya yang baru genap 17 tahun. Bukannya tidak setuju dengan menikah muda, melainkan lebih kepada konten dari dakwah tersebut yang terkesan menggiring opini kepada perempuan sehingga menjadi galau dan menyuruh buru-buru segera menikah.
Saya merasa, apa bedanya akun-akun dakwah ini dengan akun abg labil dan liberal lainnya yang hanya suka membahas tentang pacaran? Sama saja sih, hanya beda kulit pembungkusnya saja karena yang satu dibalut dengan agama. inti dari dua-duanya biar cepet berdua-duaan dengan lawan jenis. Hal lain yang saya kurang setuju dari akun-akun seperti ini adalah seakan-akan hidup perempuan muda hanya memiliki dua pilihan: nikah muda atau menjadi pezina karena pacaran.
Slogan-slogan seperti "ayo nikah", "lebih baik nikah muda" dsb bagi saya efeknya tak kalah mengerikan. Bukannya malah memberikan dorongan kepada perempuan untuk lebih produktif agar lebih berguna bagi sesama, atau mendorong perempuan muda untuk giat mengeksplor pengetahuan dan pengalaman. Malah membentuk suatu angan bahwa dengan menikah, tujuan perempuan sudah tercapai, sudah selesai. Seakan garis finish telah dilalui begitu perempuan telah dikhitbah.
Of course, marriage is completing half of our deen, but marriage is not just a matter making sex halaal. Menikah merupakan jalan menuju surga bagi perempuan, tapi bukan berarti dengan menikah seluruh perjuangan hidup telah selesai. Perempuan seharusnya tidak meletakkan menikah sebagai mimpi atau sebagai goal, karena saya menganggap menikah merukapan suatu kewajiban rukun yang harus dilaksanakan baik perempuan maupun lelaki. Jadi, tidak masalah ketika menikah di umur 20, 30 atau 40 tahun. Karena menikah bukan masalah siapa yang duluan, melainkan soal menemukan pasangan yang tepat, diumur yang matang dan memiliki kesiapan baik fisik maupun mental.
Dibanyak negara muslim, perempuan tidak disukai jika kerja di luar rumah. Mereka didomestikasi. Dalam soal ini, budaya Indonesia jauh lebih baik. Kesetaraan ini seharusnya kita pertahankan dan sebisa mungkin ditingkatkan, bukan malah memunculkan opini-opini seperti diatas yang malah membawa kita kembali ke era jahiliyah. Contoh lain seperti saya kutip di bawah ini, adalah cuitan Ustadz Felix Siauw di Twitter pada tahun 2013. Sudah dari awal sebenarnya saya gemas dengan pola pikir dan pandangan beliau (yang dengan berani saya justifikasi sebagai tidak mencerminkan Islam Berkemajuan).
Mungkin Ustad Felix lupa, bahwa Khadijah RA adalah seorang CEO perusahaan besar dibidang perdagangan pada masa itu, dan Muhammad sebelum diangkat kenabiannya adalah karyawannya. Atau Aisyah RA yang memimpin perang, Fatima al Fihri, seorang sarjana progresif mendirikan perpustakaan Al-Qarawiyyin pada tahun 859, perpustakaan tertua di dunia menurut UNESCO yang banyak menyimpan manuskrip-manuskrip kuno (sampai sekarang masih buka dan tetap beroperasi), atau bahkan Nyai Ahmad Dahlan pendiri Aisyiyah.
Bagi saya, Allah SWT sengaja menakdirkan Khadijah RA sebagai istri Rasulullah. Jodoh Nabi Muhammad adalah seorang tokoh, kuat dan berpengaruh. Allah tidak menjodohkan Nabi dengan karakter perempuan drama Korea, seorang candy, lemah dan miskin penuh hutang yang kemudian dikejar-kejar laki-laki tampan dan kaya. Allah SWT seolah-olah berteriak ditelinga kiri kanan kita, "Wahai perempuan muslim, lihat Khadijah, Aisyah dan Fatimah. Mereka itu role modelmu!". Allah berteriak lantang dan signifikan.
Allah memberikan petunjuk bahwa kita sebagai perempuan kita tak harus menjadi gadis penuh kesusahan yang perlu bergantung pada yang lain, we didn't have to be the damsel in distress, we could lead the whole rebel force. Kita bisa menjadi princess Leia Organa dalam film Star Wars yang alur ceritanya kita atur sendiri.
Berikan hati kita kelapangan untuk menentukan apa yang kita inginkan. Entah itu menikah diusia muda, meneruskan sekolah magister, mengejar jabatan dikantor, memulai bisnis katering, berkeliling dunia sendirian atau mengabdikan diri menjadi volunteer dibidang pendidikan dan kesejahteraan ibu dan anak di desa-desa.
Women, I urge you to give another women a big hug and a cheerful cheering. Berikan pelukan penyemangat, ucapkan selamat kepada perempuan lain yang melakukan hal signifikan dalam hidup mereka, ucapan yang sama hangatnya kita berikan kepada perempuan lain ketika mereka mengumumkan pernikahan mereka. Flowers do not just bloom, just like that. Let's empowering each others.
Selamat ulang tahun yang ke-88, Nasyiatul Aisyiyah ku...
Much love, Karima sindhunanti
Selamat ulang tahun yang ke-88, Nasyiatul Aisyiyah ku...
Much love, Karima sindhunanti
Komentar
Posting Komentar